20.5.14

Padamu

RI,
Aku pernah begitu marah padamu.

Waktu umurku tujuh belas, aku memilihmu. Waktu itu aku bisa memilih mau bersama kamu atau bersama pilihan lain yang mungkin lebih menjanjikan masa depan cerah. Demi cinta, kesetiaan dan balas budi, aku memilihmu. Kupeluk dirimu menjadi keutuhan diriku. Tapi apa yang terjadi kemudian?

Kamu mengkhianatiku. Pengkhianatan terbesar dalam hidupku.

Waktu itu hari keempat aku berumur sembilan belas. Kamu menikamku dari belakang. Menginjak-injak kesetiaan, kepercayaan, dan kepasrahan diriku padamu. Saat itu marahku belum terasa, aku cuma tahu dan melakukan satu: bertahan hidup. Baru beberapa bulan setelahnya aku menggelegak. Muak yang berdeguk di kerongkonganku karena kamu semakin terasa menjijikkan bagiku. Bajingan munafik!

Waktu itu umurku hampir dua puluh. Aku melakukan segala cara yang aku bisa dan mengambil semua kesempatan yang aku lihat ~ untuk meninggalkanmu.

RI,
Pagi ini kukenangkan semua itu dan kusadari aku telah mereda.

Entah sejak umurku yang keberapa, aku tak lagi membencimu. Aku tidak bisa bilang aku jatuh cinta lagi padamu, tapi kepalaku juga tidak lagi berasap setiap mengingatmu. Aku mulai melihatmu dengan jernih. Kamu punya banyak keburukan tapi kamu juga punya banyak kebaikan.

Aku merasa ada harapan untukmu, ada harapan untuk kita. 

Entah sejak tahun keberapa umurku yang berkepala dua, aku memelihara satu kegelisahan dalam hatiku. Kegelisahan karena merasa belum cukup melakukan sesuatu untukmu, untuk mewujudkan semua harapan tentangmu dan tentang kita. Baranya kecil, tapi kukipas terus biar selalu menyala. Semoga hati yang gelisah terus menggerakkan seluruh tubuh untuk bekerja, apapun yang ia bisa.

Hari ini umurku hampir dua puluh lima. Meremang kudukku dan berkaca mataku ketika mengiang di telingaku sebuah lagu: padamu negeri, kami berjanji / padamu negeri, kami berbakti / padamu negeri, kami mengabdi / bagimu negeri, jiwa raga kami //

(Naskah asli ditulis pada 2 Februari 2012)

Selamat Hari Kebangkitan Nasional.
7.5.14

Mengingat-ingat

apakah waktu kecil dulu, aku
pernah merajuk tak menentu
sambil menjerit "Ibu, aku mau yang ituuuu!"

karena malam ini, aku
merasa gelisah tapi malu
karena diam-diam berdoa "Tuhan, aku mau yang itu"

(Naskah asli ditulis pada 8 Januari 2011)
6.5.14

Bermain di Taman Labirin

"Hai Tuan Putri, ada Ksatria yang ingin mengajakmu bermain di taman labirin"

Putri memicingkan mata mendengar sapaan Peri pagi itu. "Ksatria mana?" tanyanya. Lalu alis Putri terangkat saat mendengar jawaban Peri.

Bermain di taman labirin. Dengan Ksatria itu.
Bukan sesuatu yang Putri bayangkan, tapi ia beranjak keluar kamar juga.

Tiga menit berkuda, Putri pun sampai ke taman labirin. Tidak ada Ksatria di sana. Putri lalu memutuskan masuk labirin sendirian. Baru saja ia akan membuka gerbang labirin, seseorang menepuk pundaknya. Putri menoleh dan tersenyum pada Ksatria. Senyum Putri berganti kerutan kening ketika Ksatria berkata "Hey! Kau mau masuk bersamaku? Kebetulan aku juga sedang mencari cara tercepat keluar dari labirin ini". Kebetulan? Tapi kata Peri...

"Ah sudahlah," Putri menepis pikiran itu. Kakinya sudah melangkah masuk labirin bersama Ksatria. Putri melihat sekeliling, lalu tertegun. Labirin ini sama sekali baru untuknya. Hari itu bukan pertama kalinya ia bermain di taman labirin, tapi bahkan belokan pertama di depannya rasanya belum pernah ia lihat. Putri mengedikkan bahunya, "Ah, yang baru-baru biasanya seru, kan..".

Matahari sudah hampir tepat di atas kepala. Putri mulai berdecak tak sabar. Ksatria yang katanya mengajaknya bermain ternyata sering melesat pergi, tiba-tiba kembali, lalu pergi lagi. "Apanya yang bermain bersama sih kalau begini?" pikir Putri kesal.

"Ah sudahlah," lagi-lagi Putri menepis keributan dalam kepalanya. Ia mulai sibuk mencoba membayangkan pola labirin baru itu, membandingkannya dengan labirin-labirin lain yang sudah pernah dilewatinya, dan memikirkan kemungkinan jalan tercepat untuk keluar darinya. Tak lagi gemas dengan cara Ksatria bermain bersama, Putri sudah sangat senang karena belajar banyak hal baru selama perjalanannya dalam labirin.

Putri duduk bersandar ke dinding labirin, mengeluarkan kertas dan pensil dari tasnya, lalu mulai menggambar. Setengah jalan ia menggambar, tiba-tiba Ksatria datang dan duduk di sebelahnya. "Apanya yang bermain bersama kalau kau berjalan sendiri dan aku berjalan sendiri?" Putri berkata tanpa mengangkat pandang dari kertasnya. Ksatria tertawa, "Ah, kau salah dengar rupanya.. Aku tadi cuma mengajakmu masuk bersama kan? Hari ini misiku adalah mencari jalan keluar tercepat, mana kutahu kau ingin berjalan bersamaku."

Putri mendelik, dalam hati ingin mencubit Peri keras-keras tapi lalu menghela napas dan tersenyum. Hari itu terlalu cerah untuk dirusak dengan kekecewaan. "Sudah kau temukan jalan keluar tercepatnya?" tanya Putri. Ksatria menggeleng, "Tapi barangkali dengan gambarmu kita bisa temukan jalan itu". Putri mengangguk dan melanjutkan gambarnya, tentu disela dengan masukan Ksatria dan perdebatan di sana-sini. Perdebatan mereka bertabur tawa, meskipun kadang Putri frustrasi serasa ingin membenturkan kepala ke dinding labirin karena kekeraskepalaan Ksatria.

Akhirnya mereka berdua menyelesaikan gambar peta labirin. Berbekal peta itu, dengan cepat mereka bisa menemukan jalan keluar. Putri senang sekali, tapi..

..tak jauh di hadapan mereka, tampak labirin lain.

"Masuk bersama lagi?" tanya Ksatria.
Putri mengerjapkan mata. Candaan semesta macam apa ini.
Ditatapnya mata Ksatria, "Well, your call".

(Selesai ditulis pada 9 Januari 2014)
5.5.14

Untuk Penjahat Paling Kurang Ajar 2012

Woi!

Udah dong udah..
Insyaf dong lu! Daftar kejahatan lu udah lumayan panjang nih..

  • Ngebut sambil selap-selip di jalanan pikiran gw
  • Bikin kerusuhan di kepala gw
  • Masuk-masuk ke mimpi gw tanpa izin
  • Jadi candu yang bikin gw mabok dan ketagihan
  • Pencemaran nama baik orang-orang lain ~ mereka semua jadi keliatan ga ada apa-apanya dibandingin elu

Ya, udah ya..
Jadi orang baik-baik aja sana, jangan ganggu gw lagi.

Oh! Satu lagi..
Sini balikin hati gw. Seenaknya aja nyuri-nyuri..

(Naskah asli ditulis pada 29 Januari 2012)
4.5.14

Kepada Jemarinya

Halo, kalian..
Apa kabar? Tadi malam aku tiba-tiba ingat kalian, ketika dua jempolku sibuk mengetik di layar sentuh HPku.

Ingatkah kalian padaku?
Karena pernah ada masanya kalian menari semalaman di atas keyboard untuk menemuiku. Mengantar cerita dan tawa untukku, berbuah senyum dan hangat di hatiku.

Kangenkah kalian padaku?
Karena pernah ada masanya tak ada hari yang lepas dari ketak-ketuk suara keypad HP ketika kalian sibuk berlari di atasnya menuju kabarku. Pergi pulang, kalian antar juga kabarnya padaku. Hihihi pasti berisik sekali kalian waktu itu, aku bayangkan seperti main Dance Dance Revolution mungkin ya? Kan HPnya masih multitap waktu itu.. Lalu dia berganti HP, dan kalian mulai berselancar di atas permukaan baru. Layar sentuh dengan keyboard QWERTY. Hebat sekali, kalian langsung mahir berselancar di sana! Jarang sekali kutemukan salah ketik dalam pesan yang kalian antar, berbeda sekali dengan pesan dariku yang disisipi ralat bertanda bintang di sana-sini.

Pagi-pagi rusuh mengerjakan tugas kuliah yang tenggatnya beberapa jam lagi, siang-siang bosan di kelas, dan malam-malam menunggu kereta, kalian pernah tidak putus bertukar reports and trivialities denganku. Namaku pernah begitu sering kalian ketik di kolom recipient, kangenkah kalian?

Ya, kangenkah kalian padaku?
Karena sudah lama sekali bukan, kalian tidak mengantar pesan untukku? Atau mungkin kalian sering mengetik tapi dia urung meminta jempol kanan menekan "send"? Entahlah.. Yang jelas, kalian pergi bersama sebaris "Aku tidak apa-apa". Itu saja, tanpa pamit apalagi penjelasan.

Hey kalian yang membuatku tahan napas kalau sedang menari-nari di fret gitar,
Kalau ternyata di HPnya masih ada pesanku yang tersimpan, bolehkah kuminta sesekali kalian terpeleset dan membukanya? Cuma supaya dia ingat, pernah ada masanya aku dan dia selalu saling ada.

Salam (masih) sayang,
-Ne

Ps: Aku juga masih ingat rasanya ketika kalian bertaut dengan jemariku. 



(Naskah asli ditulis pada 16 Januari 2012)
 

Blog Template by BloggerCandy.com