20.4.13

Hujan

Ngeliat awannya sih, setengah jam lagi Bogor hujan deres nih 
Aku membaca kalimat itu di akun twittermu. Haha.. Masih saja ya kamu hobi meramal cuaca. Aku sedang di kereta, baru melewati Citayam menuju Bogor. Pas lah, kira-kira setengah jam lagi aku sampai Bogor. Coba kita buktikan ya, kamu masih layak menyebut dirimu "Dinas BMKG Kota Bogor" atau tidak.

***

Aku turun dari kereta, mengambil lipatan karcis yang kuselipkan di rantai jam tangan, memberikannya sambil lalu pada petugas, lalu keluar stasiun. Tidak bisa tidak, kepalaku otomatis menoleh ke kios gorengan dekat pintu keluar. Sepi, tidak ada lelaki jangkung yang buru-buru pamit pada penjual gorengan waktu melihatku. Sudah sepuluh bulan... dan aku masih berharap kamu ada di situ? Ck.

Aku membuka payung.
Seperti katamu, hujannya deras sekali. Dalam hati.
3.4.13

Something Sweet For Sweet Person

Re berdiri berkacak pinggang di depan meja dapurnya. “4 telor, 210 gram  terigu, 400 gram gula pasir, 60 gram bubuk coklat, 225 mililiter minyak, 85 gram chocolate chips, 120 gram kenari, trus garem setengah sendok sama vanili sesendok,“ diabsennya satu per satu isi mangkuk yang ada di depannya, “Udah semua.. Loyang juga udah dilapis kertas trus dimentegain. Owkay..”. Re menyalakan pemutar musik di ponsel lalu meletakkan ponselnya di pojok meja dapur, bersandar di dinding. Ia tersenyum.
Malam itu Re berjalan-jalan di dunia maya seperti biasa. Klak klik sana sini, akhirnya ia sampai ke situs yang menjual berbagai kue kering. Re suka sekali lagu yang jadi musik latar situs itu. Dibukanya soundcloud pemilik lagu itu, tapi sayang sekali ia tidak menemukan tautan untuk mengunduhnya. Malam itu Re tidur dengan membiarkan situs kue kering tadi tetap terbuka.    
Re menyalakan oven, 180 derajat celcius. Matanya memejam sejenak, “Bismillah..”. Re membuka mata dan menggosok-gosok kedua telapak tangannya bersemangat. Ia lalu mengambil mangkuk kaca besar. Dituangkannya tepung terigu, bubuk coklat, dan vanili ke dalam mangkuk itu lalu diaduknya. Re menuangkan gula ke mangkuk berisi telur lalu mengambil mixer. Zrrrrrr.. Mixer menggerung lembut.
Re suka sekali lagu itu. Dibaginya lagu itu di laman tumblrnya, ditambah sebaris “Sayang sekali ga bisa diunduh” dan titik dua kurung tutup.
Campuran telur dan gula sudah mengembang, gulanya pun sudah halus. Re memasukkan garam lalu mengocoknya lagi sampai rata. Re mematikan mixer lalu mengambil ayakan. Diayakkannya campuran tepung ke dalam adonan telur. Serbuk coklat turun menghujani adonan putih dalam mangkuk.
Layar ponsel Re berkedip. Ada yang mengirimkan audio file lewat WhatsApp. “Apaan ni?” tanya Re. “Download aja dulu sih” balas si pengirim.  Re membalas lagi, “Lagi susah sinyal, nanti ya” lalu berdecak ketika membaca “Hehe yaudah terserah.. Oiya, jangan kaget kalo udah dengerin ya ntar #bikinpenasaran haha” di layar ponselnya. “Nyebelin sejuta. Hih,” Re kembali memasukkan ponsel ke saku celananya.
Re mengaduk adonan dengan sendok kayu. Makin lama makin berat. Tiap kali sendok berputar Re berdoa, “Semoga makanan ini bikin yang makan senang”. Tepung dan telur sudah bercampur rata, Re menuangkan minyak lalu mengaduk lagi. Sambil memperhatikan minyak berpusar menyatu dengan adonan, Re berdoa lagi untuk hal yang sama. Re mengadukkan kenari dan chocolate chips lalu menuangkan adonan ke loyang dan memasukkannya ke oven.
Penanda sinyal di kanan atas layar HPnya menyala hijau-oranye. Re segera mengunduh file tadi. 100%. Re menekan “play” lalu memekik girang saat mengenali lagu yang didengarnya.
Sudah 35 menit. Re membuka pintu oven, menarik rak, lalu menusukkan tusuk gigi ke brownies yang aromanya memenuhi seisi dapur. Serpih-serpih berwarna coklat yang melekat di tusuk gigi sudah tidak basah. Re mematikan oven lalu mengeluarkan loyang.
Re melirik jam tangannya, setengah delapan malam. Lagi-lagi ia harus mengerjakan tugas sampai malam di kampus. Re mematikan laptop. Orang yang duduk di sebelahnya menoleh, “Pulang?” tanyanya. Re mengangguk. “Eh Ar, gue udah download tuh” kata Re sambil membereskan barang-barangnya. Ar tertawa, “Terus? Udah tau itu apaan?” tanyanya tanpa mengalihkan pandang dari laptop-nya. Re ikut tertawa, “Yaaaah meskipun nyebelin sejuta, lo baiknya dua juta, jadi gapapa deh”. Ar menoleh dan mencebik. Re tertawa lagi, “Emang canggih lo ya.. Kok sama lo bisa di-download sih itu lagunya?”. Ar memasang tampang jumawa. “Makanya gue bilang juga lo install ini deh..” kata Ar sambil menunjukkan suatu program di laptop-nya.    
Re memotong brownies yang sudah dingin lalu memasukkannya ke kotak bekal. Re tersenyum sendiri membaca tulisan di post-it yang menempel di tutup kotak bekal.

I hope this bring smile to your face the way you bring smile to mine :)”

 


---
Resep: Pennylane Brownies by Riana Ambarsari

(Naskah asli ditulis pada 2 September 2012)

Jadi?

Hujan. Depok dan hujannya yang tiba-tiba deras. Untung aku memang sedang duduk menunggu bus di halte. Ah, terakhir kali duduk di halte waktu hujan deras, ada percakapan itu. Percakapan yang anehnya kuucapkan tenang-tenang dari awal sampai akhir.

"Jadi kita mau ke mana, Ar?" tanyaku waktu itu
Kamu cepat menjawab, "Pulang, kan?"
Aku tertawa, "Bukan.."
"Terus?" Kamu terdengar bingung
Aku menoleh, menatap matamu "Kita ini.. ngapain Ar?"

Waktu itu aku cepat-cepat kembali memandang ke jalanan. Tak ingin melihat apapun yang raut mukamu bilang.

Tiga detik. Lima detik. "Kamu maunya?" Akhirnya kamu balik bertanya.
Jawabanku sudah siap di ujung lidah, "Aku maunya kamu seneng. Apapun itu artinya."
"Nin.."
Aku tersenyum, masih tak mau menoleh. "Kamu maunya apa?"

Jeda. Jeda panjang sampai hujan reda.
Kamu berdiri, kembali memakai helm, "Ayo pulang"

Ah. Sudah tiga minggu sejak percakapan itu.
Sebentar lagi tahun baru. Aku masih menunggu jawabanmu.

you know I'm such a fool for you
you got me wrapped around your finger
do you have to let it linger?
do you have to, do you have to
do you have to let it linger?


---
"You know I'm such a fool for you / You got me wrapped around your finger / Do you have to let it linger? / Do you have to, do you have to / Do you have to let it linger?" - Linger (The Cranberries)

(Naskah asli ditulis pada 15 November 2012)

LDR Macam Apa?

"Nin! I'm going to marry a man I've just met last week! This is totally crrrrrrrazzzyyyyy!"

Gue masih pengen nyengir kalo inget pesan yang gue terima lewat WhatsApp tadi pagi itu. Udah gila emang temen gue. Gila kerennya, menurut gue sih. Jadi, dia udah pacaran tiga setengah tahun, tapi cuma barengan setengah tahun doang. Sisa tiga tahunnya, LDR. Mereka jadian di akhir masa kuliah, terus pas lulus temen gue itu langsung kuliah S2 di Amerika setahun. Temen gue belom pulang, pacarnya berangkat ke Belanda buat S2 juga. Jadwal pulang mereka ga sinkron mulu, jadi selama tiga tahun mereka nyaris ga ada ketemuannya. Untung teknologi udah maju haha.. Setelah dilamar lewat Skype, akhirnya mereka bakal nikah besok. Pacarnya temen gue baru mendarat di Jakarta seminggu yang lalu, jadi yaaaa omongan temen gue itu ga salah-salah amat sih..

Gimana, keren gila ga tuh coba?
Tiga tahun LDR nyaris tanpa ketemuan tapi berhasil ga berpaling dari satu sama lain.
Nyembah deh gue. Haha..

Dan si gila yang selama tiga tahun selalu masang "and when I see you then I know it will be next to me" jadi status YM itu keliatan berbinar-binar banget sekarang di malam midodareninya. Gue yang nemenin di kamar aja sampe ketularan pengen senyum terus.

"Sas, gimana caranya sih bisa survive LDR-an gitu?"
"Hahaha klise sih, percaya sama komunikasi aja. Seru tau, karena ga barengan jadi selalu ada yang bisa diceritain. Trus dibawa santai aja, banyak hal bisa terjadi dalam tiga tahun kan, jadi ga usah janji yang muluk-muluk lah. Mau ngegebet orang juga silakan aja, asal bilang. Kalo gue pergi berdua cowok laen tapi ga bilang-bilang, nah, alarm tuh.. Hahaha.."
"Hoo gitu.. Ah keren keren.."
"Hahaha apaan.. Lo tuh lebih keren.. Udah 24 taun LDR kan lo.."
"Gue? 24 taun LDR? Dih, apaan.."
"Iya.."
"Ck ah.. Becanda banget sih Sas.. Pacar aja gue ga punya.."
"Naaaaah.. Justru! Lo tuh lagi LDR-an kepisah jauh banget, tau.."
"Maksudnya?"
"Lo sama jodoh lo tuh dipisahin sama waktu. Bisa banget orangnya udah ada di sekitar lo, cuma karena belom waktunya jadi yaaa ga sampe-sampe deh dia. Hahaha.."
"Huahahaha.. Teori macam apa itu Saaaaas.."
"Yeee, ga percaya.. Kan 'Wherever you are, whenever it's right, you'll come outta nowhere and into my life', Nin. Poinnya di waktu, bukan jarak. Kalo waktunya udah dateng, jarak tuh ga berarti apa-apa deh.."

Hmm.. Ajaib juga teorinya ya.. Tapi okelah gw terima. Lumayan, kalo ada sodara yang nanya "Pacarnya mana, Nin?" di kumpul keluarga kan gue jadi bisa jawab "Aku lagi LDR nih.." hahaha :D

---
"And when I see you then I know it will be next to me" - Closer (Travis)
"Wherever you are, whenever it's right, you'll come outta nowhere and into my life" - Haven't Met You Yet (Michael Buble)

(Naskah asli ditulis pada 8 September 2012)

Obituari

Beberapa hari lalu ada yang pergi.
Berhenti jantungnya, terputus nafasnya.

Dia, cerita kita.

Hari pertama, aku tak percaya.
Dia tak mungkin pergi. Dia pasti cuma sedang melewati daerah yang susah sinyal dalam perjalanan pulang kampungnya. Sesampainya di rumah dia pasti akan mengabariku lalu sibuk bicara tentang punggungmu yang kaku setelah duduk berjam-jam, empal enak yang kamu makan di tempat perhentian saat sahur, dan pemandangan familiar yang menyambutmu di terminal. Lalu ia akan mengantar padaku lagu yang menemanimu sepanjang jalan dan foto sinar matahari yang menerobos daun-daun jati. Dia tak mungkin pergi. Dia tak mungkin pergi. Kan?

Sudah berhari-hari.
Aku memanggilnya biar kembali. Aku memanggilnya lirih, seperti bisik-bisik sayang sebelum kukecup kupingmu. Aku memanggilnya jelas, seperti cerita-ceritaku yang bertabur derai tawamu. Dia tak kembali. Aku menjerit memanggilnya, sampai parau suraku, tapi dia tidak juga kembali.

Lalu aku menangis.
Aku mengalun tangis seharian. Menatap kosong sambil berlinang air mata. Sesenggukan mendaras namamu. Menjerit marah dalam tekapan bantal. Begitu berganti-ganti. Tengah malam, habis sudah air mataku. Mengering di sudut mata yang tiap beberapa menit masih saja menatap layar ponsel, berharap namamu tiba-tiba menyala di sana. Isak-isak yang tersisa pun lelah sudah. Tertidur bersama sedih yang melubangi hati.

Mauku tidur saja terus.
Biar dia main-main di mimpiku, menjadi sosoknya yang biasa. Berat tanganmu di kepalaku. Hangat tubuhmu yang menguar saat kita duduk bersisian. Wangi yang tertinggal di jaketmu dan membuatku terlambat kuliah saat menyelimuti tidurku. Tawa kita, lagu-lagu yang kita tukar kirimkan dan nyanyikan bersama, mimpi-mimpi ragu yang kita saling yakinkan, dan segala hal di bawah matahari yang kita bicarakan berjam-jam.

Tapi waktu tidak berputar berbalik arah, bukan?
Maka ketika sudah bosan aku berguling-guling di carut-marut pecahan hati, turunlah aku dari tempat tidurku. Mandi. Mengguyur kepala dan sekujur badanku dengan air dingin. Melarung marah yang menggelegak dan sedih yang berombak. Sudahlah. Sudahi saja. "Mengapa?" memang masih tersisa tapi toh aku tak yakin mau mendengar jawabannya.

Jadi sudahi saja.
Kutabur bunga di pusara cerita kita.
Begitulah ingin kuingat dia, kelopak-kelopak cantik di atas catatan perjalananku.

oh you're so sweet, too sweet to forget
but you don't love me like i love you
it's not to be i regret

---
"oh you're so sweet, too sweet to forget / but you don't love me like i love you / it's not to be i regret" - Too Sweet To Forget (Slank)

(Naskah asli ditulis pada 29 August 2012)

"Nggak Pernah Ada"

Ngeliat orang panik tuh lucu ya. Apalagi kalo paniknya karena hal yang menurut kita "yaelah apaan sih" banget. Makanya ini gue dari tadi usaha banget nahan ketawa sambil dengerin temen gue cerita dengan hebohnya.

"Semalem gue udah pusing banget. Jam 2 pagi, esai belom kelar padahal deadline jam 8, UAS belom belajar padahal mulainya jam 10. Pengen jambak-jambak rambut lah asli. Trus kan gue ngetwit ya, eh trus dia WhatsApp aja gitu tiba-tiba. Ga pake nanya ga pake apa-apa, tau-tau bilang 'Tidur gih sekarang, ntar jam 5 gue bangunin. Besok sarapan roti aja, lo nyetok roti kan di kosan? Gue jemput 7.45, lo udah print esainya, makan di motor.' aja."
"Trus?"
".......daaaaan gue nurut aja dong! Beneran langsung tidur habis itu, padahal harusnya gue nggak kan ya, apa kek lanjut ngetik esai kek atau belajar kek atau gimana."
"Hahaha.. Terus gimana? Kelar ga esai lo?"
"Kelar"
"Trus? Kok lo kedengeran panik banget nyeritain ini?"
"Adoooooh.. Poinnya bukan di esai gue kelar apa nggak, Winaaaa.."
"Trus?"
"Ah lo ni tras trus tras trus mulu"
"Ya abis... Ga jelas banget sih.."
"Poinnya adalaaaah... Nggak pernah ada orang yang gue biarin berpikir buat diri gue, Win. Nggak pernah ada."

Ah, kan. Buat gue sih itu "yaelah" banget urusannya. Enak kali ada yang bantuin mikir pas lagi pusing hahaha.. Tapi ternyata orang tuh beda-beda ya. Buat Re, yang emang cewek paling mandiri yang pernah gue kenal, itu "masalah" besar.

"Nggak pernah ada, Win, nggak pernah ada...."
"Iya Re, iya.."

Bisa bilang apa lagi gue? Udah lah gue iya-in aja. Haha.
Yang "nggak pernah ada" emang suatu saat bakal jadi ada kok.

Sama kayak tentang temen gue yang lain. Sefakultas tau, nggak pernah ada yang bisa nyuruh Ar ngelakuin apa yang ga dia mau. Pas jaman OSPEK, kerjaannya ribut sama senior mulu karena ga mau ngikutin aturan yang menurut dia ga perlu. Trus pas dia lagi pengen gondrong dan berewokan, bahkan teguran dosen paling killer sekalipun ga bikin dia cukuran. Tapi sekitar dua minggu yang lalu gw kaget banget liat Ar pake earphone di sekretariat. Beeeerbulan-bulan orang protes karena Ar tiap hari bikin berisik sekretariat dengan nyalain lagu yang suara gitarnya kenceng meraung-raung di laptop-nya tapi dia ngecilin volumenya pun enggak, boro-boro dengerin lewat earphone deh. Pas gue tanya dia kesambet apa sampe tiba-tiba pake earphone, dia cuma bilang "Kemaren ada yang ngingetin". Hmm.. Sehari sebelum itu, pas sekretariat lagi sepi, gue denger ada yang bilang "Kenapa sih Ar selalu dengerin lagu kenceng-kenceng gini? Ada loh, teknologi yang namanya earphone". Mereka berdua nggak tau kalo ada gue di situ, soalnya gue emang cuma ngecek kotak surat di pintu depan.

Yah, nggak pernah ada orang yang tau ke mana hati bisa menggerakkan seseorang kali ya. Mana Re tau, suatu hari dia akan nurut sama Ar yang WhatsApp-in malem-malem buta. Mana Ar tau, suatu hari dia akan nurut sama Re yang ngomong selewatan. Mana gue tau, apakah dua bocah keras kepala itu sadar dan mau terima kalo hati mereka maunya bergerak saling mendekat :p
 

Blog Template by BloggerCandy.com